28 Juni 2025 – Lapangan Glodok serbu pemburu kuliner viral dalam beberapa pekan terakhir, menjadikan kawasan ini kembali menjadi pusat perhatian di Jakarta Barat. Fenomena ini terjadi setelah berbagai menu unik dan inovatif dari sejumlah pedagang di lokasi tersebut viral di media sosial. Akibatnya, omzet pedagang di sekitar lapangan meningkat drastis hingga mencapai 200%. Meski begitu, popularitas yang mendadak ini juga menyebabkan masalah baru bagi warga setempat seperti peningkatan jumlah sampah dan kemacetan yang parah.
Kuliner Viral Glodok Tarik Ribuan Pengunjung
Kawasan Glodok yang terkenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan budaya Tionghoa di Jakarta Barat, kini mendapatkan julukan baru sebagai surga kuliner viral. Beragam jajanan unik mulai dari camilan kekinian, minuman inovatif, hingga makanan tradisional yang diolah dengan sentuhan modern menjadi daya tarik utama.
Banyak pengunjung, terutama generasi muda dan keluarga muda, datang khusus untuk mencicipi makanan yang sedang viral di media sosial. Sejumlah video tentang kuliner ini telah ditonton jutaan kali, semakin memperkuat minat masyarakat untuk mendatangi langsung lokasi tersebut.
Menu Kreatif Jadi Daya Tarik Utama
Para pedagang mengakui bahwa popularitas makanan yang mereka tawarkan tidak terlepas dari inovasi dan kreativitas dalam menciptakan menu baru. Beberapa pedagang menyebutkan bahwa makanan seperti es krim goreng, ramen burger, dan martabak dengan isian unik seperti matcha atau keju mozzarella menjadi menu paling dicari pengunjung.
“Biasanya kami bisa menjual sekitar 50 porsi sehari, sekarang bahkan bisa mencapai 150 hingga 200 porsi,” ujar seorang pedagang kuliner viral di Lapangan Glodok yang mengaku sangat terbantu dengan viralnya makanan mereka di media sosial.
Dampak Positif bagi Ekonomi Lokal
Kehadiran pengunjung dalam jumlah besar ini tidak hanya meningkatkan omzet pedagang kuliner, tetapi juga mengangkat pendapatan sektor usaha lain seperti parkir, minimarket, dan penjual minuman ringan di sekitarnya. Banyak warga sekitar yang ikut mengambil kesempatan membuka usaha kecil-kecilan, seperti jualan air minum dan snack kemasan.
Menurut pengakuan beberapa pedagang lainnya, peningkatan omzet hingga 200% menjadi angin segar setelah pandemi yang membuat bisnis mereka sepi selama dua tahun terakhir. Mereka berharap tren ini bisa bertahan lama, terutama saat akhir pekan dan hari libur nasional.
Warga Keluhkan Sampah dan Kemacetan
Sayangnya, popularitas Lapangan Glodok sebagai destinasi kuliner viral juga membawa dampak negatif yang cukup signifikan bagi warga setempat. Masalah utama yang dikeluhkan adalah sampah yang menumpuk serta kemacetan parah, terutama pada akhir pekan.
Sampah Meluber, Kebersihan Terganggu
Banyaknya pengunjung yang datang membawa konsekuensi meningkatnya volume sampah yang dibuang sembarangan. Meskipun pihak kelurahan setempat sudah menyiapkan beberapa tempat sampah tambahan, jumlah pengunjung yang melonjak drastis membuat fasilitas tersebut kewalahan.
“Kami melihat sendiri sampah mulai menumpuk di sekitar lapangan dan gang-gang sekitar rumah warga. Ini sangat mengganggu kebersihan lingkungan kami,” ujar seorang warga setempat yang tinggal tidak jauh dari Lapangan Glodok.
Kemacetan Jadi Rutinitas Baru
Selain masalah sampah, warga juga mengeluhkan kemacetan yang terjadi setiap hari. Jalan-jalan kecil di sekitar Lapangan Glodok kini dipenuhi kendaraan pengunjung yang diparkir sembarangan. Bahkan, kemacetan ini kerap merembet hingga ke jalan-jalan utama di sekitar kawasan Glodok.
Beberapa warga mengaku kesulitan untuk keluar-masuk rumah akibat kondisi ini. Mereka berharap ada solusi yang cepat dari pihak berwenang untuk mengatasi persoalan ini sebelum menjadi masalah yang lebih besar.
Upaya Pemerintah untuk Menanggulangi Masalah
Menyikapi keluhan warga, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat mulai turun tangan dengan mengatur ulang tata letak pedagang dan menyediakan area parkir tambahan. Camat Taman Sari, Agus Sulaeman, menyatakan pihaknya telah mengerahkan petugas kebersihan tambahan dan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk mengurai kemacetan.
Rencana Tata Ulang Lapak Kuliner
Pihak kecamatan tengah menyiapkan rencana tata ulang area lapangan agar pedagang bisa lebih tertata rapi dan pengunjung tetap nyaman. Lapak kuliner viral akan dipusatkan dalam satu area khusus sehingga tidak mengganggu akses jalan umum dan lalu lintas warga sekitar.
“Kami sudah menyusun rencana tata ulang agar bisa segera diterapkan. Harapannya, solusi ini bisa menampung aspirasi pedagang, pengunjung, dan warga sekitar,” jelas Agus.
Sosialisasi kepada Pedagang dan Pengunjung
Selain menata ulang lapangan, pihak kecamatan juga aktif melakukan sosialisasi kepada pedagang dan pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kampanye sadar sampah akan digelar secara rutin agar dampak negatif dari kegiatan ekonomi ini bisa diminimalisasi.
“Kami terus menghimbau agar pedagang maupun pengunjung menjaga kebersihan dan ketertiban. Ini menjadi tanggung jawab bersama,” tambah Agus.
Kesimpulan: Menjaga Tren Positif dengan Solusi Bijak
Fenomena kuliner viral Glodok menjadi pelajaran penting bagaimana antusiasme publik terhadap suatu tren baru perlu diimbangi dengan pengelolaan yang bijak. Pemerintah, pedagang, dan pengunjung harus saling bekerja sama agar keuntungan ekonomi tidak merugikan lingkungan dan kenyamanan warga sekitar.
Dengan penataan yang tepat, Lapangan Glodok tidak hanya akan menjadi destinasi kuliner viral yang menarik tetapi juga contoh pengelolaan tempat wisata kuliner yang berkelanjutan di Jakarta Barat.