Flamingballofwreckage.net – Seorang mantan kolonel Angkatan Darat Amerika Serikat, Steve Gabavics, menyoroti dugaan intervensi pemerintah dalam investigasi kematian jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh. Dalam sebuah wawancara yang dimuat oleh New York Times pada 27 Oktober, Gabavics mengungkapkan kekecewaannya terhadap pernyataan Departemen Luar Negeri yang menyebut penembakan Abu Akleh sebagai keadaan tragis, tanpa menyimpulkan adanya tindakan sengaja.
Kejadian ini berlangsung pada Mei 2022 saat penembakan di kamp pengungsi Jenin, di mana Gabavics saat itu bertugas di Kantor Koordinator Keamanan AS (KOC). Lembaga ini mengawasi kerjasama keamanan antara Israel dan Palestina, di bawah kepemimpinan Letnan Jenderal Michael R. Fenzel. Gabavics menyatakan bahwa dirinya dan beberapa pejabat lain meyakini bahwa penembakan tersebut memang dilakukan dengan sengaja.
Menurut Gabavics, komunikasi radio pasukan Israel menunjukkan bahwa tentara menyadari keberadaan jurnalis, termasuk Abu Akleh, saat kejadian. Ia menekankan bahwa tingkat akurasi penembakan yang menyebabkan kematian Abu Akleh dan rekan-rekannya menunjukkan adanya unsur kesengajaan. “Untuk menganggap ini kecelakaan, harus terjadi kejadiaan yang sangat tidak masuk akal,” katanya.
Meskipun Gabavics menyampaikan kesimpulannya kepada Jenderal Fenzel, pandangannya tidak dimasukkan ke dalam laporan resmi. Ia juga mengaku disingkirkan dari proses peninjauan setelahnya. Dalam menanggapi kritik tersebut, Fenzel mempertahankan hasil laporan timnya sebagai penilaian berdasarkan semua data yang ada.
Gabavics menegaskan bahwa hasil investigasi menunjukkan keberpihakan Washington terhadap Israel, sementara perhatian terhadap Palestina sering kali terabaikan. Kematian Abu Akleh meninggalkan kesan mendalam baginya, mengingat semua bukti yang ada.