Usaha ESDM Minimalkan Impor BBM dan Capai Swasembada Energi

[original_title]

Flamingballofwreckage.net – Babak akhir polemik kuota impor bahan bakar minyak (BBM) terjadi pada triwulan keempat 2025. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memainkan peran penting dalam menjembatani negosiasi antara pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta dan Pertamina. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Laode Sulaeman, dalam keterangannya pada Jumat (7/11), mengungkap bahwa Vivo sedang mendekati kesepakatan dan BP-AKR dijadwalkan melakukan pengiriman satu kargo tambahan 100 ribu barel dalam waktu dekat.

BP-AKR sebelumnya telah melakukan pemesanan 100 ribu barel bahan bakar murni dari Pertamina Patra Niaga pada akhir Oktober 2025, yang berkontribusi pada ketersediaan RON 92 di SPBU yang dikelola swasta. Laode juga menyebutkan kemungkinan pemerintah akan mengimplementasikan skema tambahan 10 persen dari kuota impor pada tahun 2026, meskipun besaran kuota untuk tahun itu belum ditentukan.

Solusi ini merupakan hasil dari inisiatif Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, untuk memastikan ketersediaan energi tanpa meningkatkan kuota impor bagi badan usaha swasta. Perlu dicatat bahwa pada September 2025, Pertamina Patra Niaga masih memiliki sisa kuota impor sebesar 34 persen, atau 7,52 juta kiloliter, cukup untuk memenuhi alokasi tambahan untuk SPBU swasta hingga Desember 2025.

Kementerian ESDM menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan konsumsi energi dengan neraca perdagangan, terutama karena Indonesia diperkirakan akan mengimpor 330 juta barel minyak pada 2024. Untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM, langkah-langkah seperti peningkatan produksi minyak domestik dan penerapan energi bersih harus dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang.

Baca Juga  Banjir Besar Terjang Kendari, Ratusan Warga Dievakuasi Darurat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *