Flamingballofwreckage.net – Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Najib Burhani, menekankan pentingnya memahami perbedaan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an antar kelompok Islam. Hal ini disampaikan dalam seminar yang diadakan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia di Masjid Mahmudah, Cipondoh, Kota Tangerang.
Dalam seminar tersebut, Najib menjelaskan bahwa setiap kelompok memiliki pendekatan unik terhadap terjemahan Al-Qur’an, yang sering kali dipengaruhi oleh pandangan teologis masing-masing. Misalnya, dalam kalangan Syiah, konsep imamah telah menjadi bagian integral dari terjemahan, sementara Ahmadiyah memiliki penafsiran berbeda mengenai wafatnya Nabi Isa. Ia menilai bahwa keberagaman interpretasi ini wajar, mengingat latar belakang sejarah dan pemahaman agama yang berbeda.
Najib menyoroti tantangan yang muncul ketika penilaian terhadap kebenaran terjemahan hanya didasarkan pada satu perspektif, terutama apabila versi tertentu lebih dominan. Ia mendorong Kementerian Agama untuk mempertimbangkan keberagaman pemikiran Islam dalam standarisasi terjemahan Al-Qur’an. “Adaptasi dalam pemahaman pentasihan harus memperhatikan keragaman ini agar perbedaan tafsir tidak dianggap penyimpangan,” ujarnya.
Penerbitan tafsir oleh berbagai kelompok, menurut Najib, bukanlah masalah asalkan tidak mengubah substansi wahyu. Ia menyatakan bahwa koleksi terjemahan dari berbagai sumber dapat memperkaya wawasan umat Islam dalam memahami Al-Qur’an. Seminar ini, lanjutnya, membuka ruang dialog yang penting dalam memperluas pemahaman masyarakat terhadap teks suci.
Najib menekankan bahwa pemahaman yang rasional dan historis akan membantu umat Islam di Indonesia untuk menghargai perbedaan sebagai kekuatan, bukan pemecah belah. Dengan basis pemahaman yang inklusif, Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh dalam menghargai keberagaman pandangan dalam Islam.