MBG: Menyelaraskan Mimpi dengan Realitas di Lapangan

Flamingballofwreckage.net – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi sorotan sebagai langkah strategis dalam menciptakan generasi cerdas dan kuat. Didasari oleh data dari UNICEF dan World Food Programme, program ini diharapkan dapat meningkatkan status gizi siswa serta memperbaiki kehadiran dan konsentrasi mereka di sekolah. Selain itu, MBG berfungsi sebagai jaring pengaman sosial bagi keluarga kurang mampu.

Namun, implementasi di lapangan menunjukkan berbagai permasalahan serius, seperti laporan mengenai makanan basi, distribusi yang buruk, dan bahkan keracunan massal di beberapa sekolah. Masalah ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara tujuan program dengan realitas yang terjadi, terutama dalam hal kualitas dan keamanan pangan.

Untuk mencapai tujuan MBG, perlu dilakukan transformasi menyeluruh dalam struktur manajemen, pengawasan, dan anggaran untuk memastikan kualitas bahan makanan. Pelibatan orang tua dan peningkatan transparansi juga menjadi aspek yang krusial agar hak anak atas makanan sehat dapat terpenuhi.

Hak anak atas makanan bergizi telah diatur dalam hukum internasional dan nasional, termasuk Konvensi Hak Anak PBB yang diratifikasi Indonesia. Negara memiliki kewajiban untuk memastikan ketersediaan pangan sehat bagi anak-anak, sehingga MBG bukan sekadar bantuan sosial, melainkan implementasi dari kewajiban tersebut.

Selain itu, definisi makanan bergizi mencakup berbagai zat gizi yang diperlukan sesuai kebutuhan masing-masing anak. Sayangnya, di lapangan, banyak sekolah yang tidak menerapkan standar ini, dengan menyajikan menu yang jauh dari prinsip gizi seimbang.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dalam pelaksanaan program MBG. Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemberian makanan, tetapi sebagai sarana edukasi tentang pentingnya gizi seimbang. Dengan pengawasan yang transparan dan partisipasi dari semua pihak, program ini diharapkan dapat menjadi fondasi bagi generasi sehat dan berdaya saing di masa depan.