Jakarta – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin, 21 Juli 2025, dengan posisi akhir mencapai Rp16.305 per dolar AS, turun sebesar 0,12%. Di tengah aktivitas perdagangan, rupiah sempat merosot hingga mencapai level Rp16.338 per dolar, sebelum berhasil menahan penurunan menjelang penutupan pasar.
Pelemahan rupiah ini terjadi bersamaan dengan penurunan indeks dolar AS (DXY) yang tercatat melemah 0,19% ke angka 98,29 pada pukul 15:00 WIB. Para pelaku pasar saat ini menunggu pernyataan dari Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 22 Juli 2025. Banyak yang berharap pidato tersebut akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter selanjutnya, terutama di tengah kabar mengenai penerapan tarif resiprokal.
Selain itu, agenda pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29-30 Juli juga menjadi sorotan, di mana proyeksi suku bunga diperkirakan akan tetap di kisaran 4,25%-4,5%, yang dapat menambah tekanan pada nilai tukar rupiah. Di sisi domestik, keputusan Bank Indonesia untuk memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% di bulan Juli juga berdampak negatif terhadap kurs rupiah.
Data terbaru menunjukkan adanya arus keluar modal asing di pasar keuangan domestik, dengan total penjualan bersih mencapai Rp10,49 triliun antara 14 hingga 17 Juli 2025. Penjualan ini paling banyak terjadi di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia dan pasar saham. Meskipun pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatat inflow sebesar Rp0,38 triliun, tekanan dari arus keluar dana ini dapat mengancam stabilitas nilai tukar rupiah dalam waktu dekat.