Site icon flamingballofwreckage

KKP Kembangkan Industri Budidaya Kepiting Berkelanjutan

[original_title]

Flamingballofwreckage.net – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia mengingatkan pentingnya pembangunan industri budi daya kepiting yang berkelanjutan dan berorientasi ekspor. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu, di Jakarta pada hari Senin, ia menekankan bahwa fokus utama tidak hanya pada peningkatan produksi, tetapi juga pada kelestarian sumber daya dan lingkungan pesisir.

Permintaan global yang terus meningkat terhadap komoditas rajungan dan kepiting menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. KKP mengidentifikasi bahwa risiko penangkapan berlebih di alam dapat mengancam keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu, KKP mendorong pengembangan model budidaya yang ramah lingkungan dan melibatkan edukasi masyarakat di kawasan pesisir.

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa pada tahun 2024, rajungan dan kepiting akan menjadi salah satu komoditas ekspor perikanan terbesar Indonesia, menduduki peringkat keempat setelah udang, tuna, dan kelompok cumi. Nilai ekspor diperkirakan mencapai 513,35 juta dolar AS, dengan negara tujuan utama termasuk China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Haeru menekankan bahwa peluang ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat industri budidaya kepiting yang berkelanjutan.

Sebagai langkah konkret, KKP telah membangun model budi daya kepiting di Pasuruan, Jawa Timur, seluas 30 hektare. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam industri. Di samping itu, akademisi dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Prof Yushinta Fujaya, menyoroti teknologi yang telah dimiliki Indonesia dalam pembenihan dan pembesaran kepiting. Ia mengusulkan pengembangan konsep budidaya kepiting di ruang mangrove sebagai solusi yang mengintegrasikan ekonomi dan konservasi.

Ketua Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia, Kuncoro C Nugroho, menambahkan bahwa keberlanjutan sumber daya harus dijaga melalui kolaborasi antara pelaku usaha, pembeli, dan pemerintah, demi menjaga keseimbangan antara permintaan pasar dan ketersediaan stok. Penelitian dan pengembangan budi daya menjadi kunci untuk memastikan kualitas produk tidak kalah dengan hasil tangkapan alam.

Exit mobile version